Istana Kampar Kiri |
Kesultanan Kampar Kiri atau Kerajaan
Gunung Sahilan ialah kerajaan yang berada di sekitar Batang Kampar Kiri,
sekarang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Kampar, Riau.
Kerajaan ini didirikan pada 1700
oleh Tengku Yang Dipertuan Bujang Sati yang merupakan putra Yang Dipertuan
Pagaruyung.
Sejarah
Sebelum berdirinya Kerajaan Kampar
Kiri, wilayah Rantau Kampar Kiri pernah dikuasai oleh Kerajaan Kuntu di
Minangkabau Timur. Belum banyak peninggalan fisik yang ditemukan di Kuntu selain
makam Syaikh Burhanuddin al-Kamil yang wafat pada 610 H (1214). Kubur ini
mengisyaratkan bahwa Islam telah masuk ke Sumatra bagian tengah setidaknya
sejak abad ke-13.
Kerajaan Kampar Kiri didirikan pada
1700 oleh salah satu putra Yang Dipertuan Pagaruyung, Tengku Yang Dipertuan
Bujang Sati gelar Sutan Pangubayang. Sutan Pangubayang dipilih setelah rakyat
Kampar Kiri meminta raja kepada Pagaruyung. Setelah raja sampai ke Kampar Kiri,
Gunung Sahilan ditetapkan sebagai pusat pemerintahan.
Kampar Kiri berstatus sebagai vasal
dari Pagaruyung sampai jatuhnya Pagaruyung pada 1833 akibat Perang Padri.
Selama perang berlangsung, Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sori, adik Sultan
Bagagarsyah, bersama suaminya, Sultan Abdul Jalil, melarikan diri ke Singingi,
wilayah yang berbatasan langsung dengan bagian selatan Kampar Kiri. Tuanku
Ismail gelar Yang Dipertuan Gunung Hijau dari Gunung Sahilan kemudian menikah
dengan Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sumpu, putri Yang Dipertuan Gadis Puti
Reno Sori.
Pada 1905, Kampar Kiri berstatus
sebagai zelfbestuur Hindia Belanda di bawah Onderafdeeling Kampar Kiri, Afdeeling Bengkalis, Keresidenan Sumatra Timur.
Wilayah dan pemerintahan
Daerah kekuasaan Kampar Kiri dibagi
menjadi 2 jenis jajahan, yakni Rantau Daulat dan Rantau Andiko. Rantau Daulat
merupakan daerah pusat kerajaan, sedangkan Rantau Andiko ialah daerah yang
dikendalikan oleh Khalifah nan Berempat di Mudik. Sistem empat khalifah ini
diilhami oleh Basa Ampek Balai yang diterapkan di Pagaruyung.
Masyarakat Kampar Kiri hidup dalam
sistem kenegerian yang terdiri atas beberapa suku (klan matrilineal)
sebagaimana yang berlaku di Minangkabau. Kenegerian-kenegerian tersebut kini
tersebar dalam 5 kecamatan di Kabupaten Kampar: Gunung Sahilan, Kampar Kiri,
Kampar Kiri Hilir, Kampar Kiri Hulu, dan Kampar Kiri Tengah.
Kenegerian-kenegerian yang termasuk
ke dalam taklukan Yang Dipertuan Gunung Sahilan ialah sebagai berikut:
Rantau Daulat, dipegang oleh Datuk
Besar Khalifah Kampar Kiri di Gunung Sahilan yang berkuasa atas 14 kenegerian
(Gunung Sahilan, Subarak, Kebun Durian, Lipat Kain, Lengung, Lubuk Campur,
Simalinyang, Sijawi-Jawi, Mentulik, Supawai, Rantau Teras, Penghidupan, Sungai
Pagar, dan Londar).
Rantau Andiko, dipegang oleh
Khalifah nan Berempat:
Datuk Bandaharo Khalifah Kuntu,
berkuasa atas 3 kenegerian (Kuntu, Padang Sawah, dan Domo).
Datuk Bandaharo Khalifah Ujung
Bukit, berkuasa atas 3 kenegerian (Ujung Bukit, Pasir Emas, dan Tanjung Belit).
Datuk Godang Khalifah Batu Sanggan,
berkuasa atas 6 kenegerian (Batu Sanggan, Miring, Gajah Bertalut, Aur Kuning,
Terusan, dan Pangkalan Serai).
Datuk Marajo Besar Khalifah Ludai,
berkuasa atas 3 kenegerian (Ludai, Kota Lama, dan Pangkalan Kapas).
Keturunan kerajaan
Tengku Muhammad Nizar bin Tengku
Ghazali bin Tengku Yang Dipertuan Besar Sulung dinobatkan sebagai waris takhta
Kampar Kiri.